Definisi Filsafat Ilmu
1.
Robert Ackermann
Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis
tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap
pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran
yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu
demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.
2. Peter
Caws
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat yang mencoba
berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman
manusia.
3. Lewis
White Beck
Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah
sebagai suatu keseluruhan.
4. John
Macmurray
Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis
terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung
dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu.
Sumber: Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan Ruang Lingkupnya. http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html#ixzz3rwK8tMz5
Follow us: @fajar_berkata on Twitter
filsafat ilmu dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a.
filsafat ilmu dalam arti luas, yakni menampung tentang permasalahan yang
menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
1) implikasi
ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah.
2) Tata susila yang
menjadi pegangan penyelenggara ilmu.
3) konsekuensi
pragmatic-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya
b.
Filsafat ilmu dalam arti sempit, yakni menampung permasalahan yang
bersangkutan dengan sifat penegetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta
mencapai pengetahuan ilmiah (beerling, 1988).
Untuk mendapatkan
gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapatlah kiranya melihat
beberapa pengertian dari beberapa tokoh yang berpengaruh dalam bidang tersebut.
a. filsafat ilmu adalah
suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu terhadap
lambang yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambing
yang digunakan. telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris
dan yang juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan
estetika, studi kesejarahan, antropologi, dan sebagainya. dalam hubungan ini yang
terutama sekali di telaah adalah ihwal penalaran dan teorinya.
b. filsafat ilmu adalah
upaya untuk mencari kejelasan mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir
dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan. aspek filsafat ini
erat hubungannya dengan hal ihwal yang logis dan epistomlogis. jadi peran
filsafat ilmu disini berganda. pada sisi pertama, filsafat ilmu mencakup
analisis kritis terhadap anggapan dasar, seperti kuantitas, kualitas, waktu,
ruang, dan hokum. pada sisi yang lain filsafat ilmu mencakup studi mengenai
keyakinan tertentu, seperti keyakinan mengenai dunia sana, keyakinan mengenai
keserupaan di dalam alam semesta, dan keyakinan mengenai kenalaran
proses-proses alami.
c. filsafat ilmu adalah
bidang studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang
ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. (hatono
kasmadi, dkk., 1990)
d. Robert
Ackermann mendefinisakan Filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan
kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka
ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah
senyatanya.
e. Peter
Caws mengatakan Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat
yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada
seluruh pengalaman manusia.
f. Lewis White
Beck mengemukakan Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya
usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
g. John
Macmurray mengatakan Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan
pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka
alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari
keasyikan dengan ilmu.
B. Kesimpulan
Dari beberapa paparan
yang terdapat dalam makalah ini, penulis dapat menarik benang merah tentang
pengertian filsafat ilmu, yakni filsafat Imu adalah suatu bagian filsafat yang
mencoba mencari kebenaran tentang suatu hal dengan mempelajari berbagai macam
studi secara proses ilmiah yang bertujuan untuk menciptakan penetapaan secara
tegas batasan-batasan mengenai ilmu-ilmu tertentu.
sumber:
nasuuha, arif fajar. 2013. online,
diakses tanggal 27-10-2014 pada jam 06.10 Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa
Tokoh. dan Ruang Lingkupnya. http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html#ixzz3HIhvY7To
surajiyo. 2013. filsafat ilmu dan
perkembangannya di Indonesia. jarakta: PT bumi aksara
filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan berasal kata filsafat yaitu ilmu yang paling komprehensif, dan pendidikan sebagai ilmu dan lembaga pembinaan manusia memiliki arti yang sangat luas. Pandangan hidup yang telah diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dan akan diturunkan ke generasi berikutnya. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kelestarian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sarana yang paling praktis dan efektif untuk mewariskan ide-ide filsafat kepada generasi penerus bangsa adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini tiap filsafat negara berarti pula dasar filsafat pendidikan bangsa itu. Karena pendidikan adalah lembaga yang melaksanakan pembinaan manusia baik sebagai warga Negara maupun sebagai pribadi. Pendidikan harus mampu melaksanakan tugas mengamankan dan mewariskan secara konsekuen nilai-nilai filsafat bangsa dan negara demi kelangsungan hidup dan eksistensi bangsa itu
Filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua hal tersebut harus menjadi pengetahuan dasar bagi setiap pelaksana pendidikan. Aktivitas pendidikan pada hakekatnya adalah membantu manusia untuk mencapai kedewasaan dan kematangan. Akan tetapi kita melihat kenyataan bahwa tidak semua manusia dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Ada hal-hal yang mempengaruhi proses tumbuh dan berkembangnya, seperti ada tokoh yang mengatakan bahwa perkembangan manusia mutlak ditentukan oleh faktor (Nativis), sebaliknya ada tokoh yang mengatakan bahwa pengaruh mutlak berasal dari lingkungan atau pendidikan (Empiris), dan ada pendapat yang mengabungkan antara bakat dan pendidikan (Konvergensi). Dari pembicaraan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat pendidikan terkandung nilai-nilai, cita-cita, gambaran tentang tingkah laku individu atau masyarakat yang diharapkan.
Bagi seorang pendidik sebagai pelaksana pendidikan. Seorang pendidik harus memiliki “Filsafat” yang sistematis-logis, dan menyakini betul nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup Negara. Dari Cara berpikir, berperasaan, bersikap, dan bertingkah laku harus dapat mencerminkan gambaran tentang masyarakat yang akan dibentuk. Tugas guru lah yang dapat membantu mengarahkan anak-anak untuk membentuk filsafat hidupnya yang sehat yang mencerminkan isi filsafat pendidikan, Untuk Negara kita Filasafat pendidikan harus berlandaskan Pancasila
Sumber
Ditinjau dari segi
historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan
yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia”
meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan
yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian
menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa
sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang
mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga
definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat
itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan
bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur.
Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang
mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju
dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub
ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi
seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang
dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai
macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon
(1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge
Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan
manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu
implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang
satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin
kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan
atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan
yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal
tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono
dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat.
Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat
sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento
Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan
“a higher level of knowledge”, maka lahirlah
filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat
ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan).
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999),
yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau
tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa
ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak
dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan
dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman
persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan
persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan
landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh,
Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant–
menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat
sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan
infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya
adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan,
menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.
Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat
pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini,
(disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992)
Ilmu
|
Filsafat
|
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti
|
Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari
prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung
memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
|
Obyek penelitian yang terbatas
|
Keseluruhan yang ada
|
Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai
tertentu.
|
Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan:
religi, kesusilaan, keadilan dsb.
|
Bertugas memberikan jawaban
|
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
|
Daftar
Pustaka
·
Achmad Sanusi,.(1998 ), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut
dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung
:PPS-IKIP Bandung.
·
Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi
Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi
Muhammadiyah.
·
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah),
Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
·
Filsafat_Ilmu,
members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm.
·
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI
Bandung.
·
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Sinar Harapan.
·
Mantiq,
media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
·
Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia
Indonesia
·
Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988
), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari
Insani
=================
Jawaban no. 4
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Pandangan fislafat pendidikan sama dengan perananya
merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruk kebijaksanaan pelaksanaan
pendidikan. Dimana landasan filsofis merupakan landasan yang berdasarkan atas
filsafat. Landasan filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan
konseptual tentang religi dan etika yang bertumpu pada penalran.
Oleh karena itu antara filsafat dengan pendidikan sangat erat kaitannya,
dimana filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarkaat
sedangkan pendidikan berusahan mewujudkan citra tersebut.
B. Hubungan Filsafat
dengan Filsafat Pendidikan
Hubungan
antara filsafat dan filsafat pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi
dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Menurut Jalaludin & Idi
(2007: 32) filsafat pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur yang
menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,
menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang
ingin di capai.Menurut Jalaludin & Idi
(2007: 32) hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
adalah:
1. Filsafat
merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai untuk memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
2. Filsafat
berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan yang memiliki relevansi dengan
kehidupan yang nyata.
3. Filsafat,
dalam hal ini fisafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
Pandangan
filsafat pendidikan sama pernaannya dengan landasan filosofis yang menjiwai
seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan
terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang
manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra
tersebut. Formula tentang hakekat dan martabat manusa serta masyarakat terutama
di Indonesia dilandasi oleh filsafat yagn dianus bangsa Indonesia dilandasi
oleh fislafat yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan
sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap
baik, sumber dari agama sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan
dan tindakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Filsafat
mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain
pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi
landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu,
pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan
berhubungan dan berkenaan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan kepada
filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Filsafat mempuyai
objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan objeknya
terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja
2. Filsafat hendak
memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang lebih mendalam dan
menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam
3. Filsafat memberikan
sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan mengkoordinasikannya
4. Lapangan filsafat
mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut pandangannya
berlainan.
Dalam menerapkan
filsafat pendidikan, seorang guru sebagai pendidik dia mengharapkan dan
mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pada
masalah pendiidkan pada umumnya serta bagaimana masalah itu mengganggu pada
penyekolahan yang menyangkut masalah perumusan tujuan, kurkulum, organisasi
sekolah dan sebagainya. Dan para pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat
pendiidkan suatu klasifikasi dari uraian lebih lanjut dari konsep, argumen
dirinya literatur pendidikan terutama dalam kotraversi pendidikan
sistem-sistem, pengujian kopetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan.
Brubacher (1950)
mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, dalam
hal ini pendidikan bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan
baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan.
Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekantya jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yagn timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena
bersifat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah
penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Jadi, antara filsafat
pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak
terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam
sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar
bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan
Dalam berbagai bidang ilmu sering kita
dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada
cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat
hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin
ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa
yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada
penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan
dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis
terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan
hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu
pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori
pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan
vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau
keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan
sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu
pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis
pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan
penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau
guru pada khususnya.
Dalam buku filsafat pendidikan karangan
Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen
mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara
yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena
kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara
bersama-sama.
Hubungan fungsional antara filsafat dan
teori pendidikan, yaitu sebagai berikut :
- Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu
cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan proplematika pendidikan dan
menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
- Filsafat, berfungsi member arah bagi teori
pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki
relevansi dengan kehidupan yang nyata.
- Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan,
mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan
teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedagogik).
Dari uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan
bahwa antara filsafat endidikan dan pendidikan terdapat hubungan yang erat
sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat
penting dalam suatu system pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah
dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan
landasan kokoh bagi tegaknya system pendidikan.
Jawaban no.5
CUPLIK BUKU:
[buku ini memiliki kekuatan ketika menjelaskan perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu]
Detil Buku:
JUDUL : Filsafat Ilmu
PENULIS : Dr. Amsal Baktiar, MA
PENERBIT: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Jl. Pelepah hijau IV TN. I No. 14-15 Kelapa Gading Permai. Jakarta 14240. Telp. 4520051. E-mail: rajapers@indo.net.id
http://www.rajawalipers.com/
ISBN: 979-421-993-2
CETAKAN: Maret 2004
HALAMAN: 240 hlm; 12 cm
[buku ini memiliki kekuatan ketika menjelaskan perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu]
Detil Buku:
JUDUL : Filsafat Ilmu
PENULIS : Dr. Amsal Baktiar, MA
PENERBIT: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Jl. Pelepah hijau IV TN. I No. 14-15 Kelapa Gading Permai. Jakarta 14240. Telp. 4520051. E-mail: rajapers@indo.net.id
http://www.rajawalipers.com/
ISBN: 979-421-993-2
CETAKAN: Maret 2004
HALAMAN: 240 hlm; 12 cm
CIRI UTAMA ILMU:
·
Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris,
sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu
pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta
pengalaman pribadi
·
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan
pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh
kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling
berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu.
Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam
kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip
logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek
menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban,
didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi
ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
·
Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan
masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya
sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
·
Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis
yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak
terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut
pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang
penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba
konsep-konsep ilmu.
DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI
·
Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut
hubungannya dari dalam
·
Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
·
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
·
Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.
·
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran,
menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
-------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
-------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
·
Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan
ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya
dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
PERSAMAAN:
·
Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek
selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
·
Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang
ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan
sebab-akibatnya
·
Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan
·
Keduanya mempunyai metode dan sistem
·
Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih
mendasar.
PERBEDAAN:
·
Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum],
yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu
[pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
·
Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset
lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada
kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
·
Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat
diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi
tahu
·
Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab
yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
Kedudukan, fungsi dan
tujuan Filsafat
A. Kedudukan Filsafat
Kedudukan filsafat
dalam sejarah kehidupan manusia memang sangat istimewa. Sejak masa sebelum
masehi, filsafat telah muncul sebagai ilmu pengetahuan, pegangan manusia pada
zaman itu dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Dengan menguasai filsafat saat
itu dapatlah seorang ahli menjawab segala permasalahan, baik yang menyangkut
masalah :
1. Individu
(manusia pribadi)
2. Sosial
(manusia dengan sesama)
3. Budaya
4. Teknik
5. Ekonomi
6. Kedokteran
7. Hukum
8. Dunia
9. Tuhan
Dengan demikian
filsafat tampil dengan eksistensi dan misinya sebagai“mather
scientiarium” (induk ilmu pengetahuan) dalam arti mencakup semua
ilmu pengetahuan khusus.
Sejalan dengan
perkembangan zaman, sesuai dengan perkembangan kehidupan modern dan semakin
terasa kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi oleh manusia,
lahirlah ilmu pengetahuan khusus. Dalam manifestasinya masing-masing ilmu
pengetahuan khusus itu mengucapkan “selamat tinggal “ (memisahkan diri)” dari
induknya yaitu filsafat.
Momentum pemisahan ini
dimulai pada sekitar zaman Reinaissance(pencerahan),misalnya fisika dan
matematika. Peristiwa pemisahan itu ditengarai dua hal pokok yang mewarnai
filsafat dalam eksistensinya sebgai salah satu bentuk pengetahuan yaitu:
1. Kedudukan Filsafat
yang mencakup keseluruhan ilmu-ilmu pengetahuan khusus tetapi masih dirasakan
sampai dewasa ini.
2. Sesudah mather
scientiarium (filsafat) di tinggal pergi oleh putra-putranya tercinta
(ilmu-ilmu pengetahuan khusus). Maka filsafat sebagai induknya tidak punah
begitu saja, tetapi tetap hidup (survival) dengan eksistensi baru sebagai “ilmu
sempurna” atau “ilmu istimewa” dengan misinya yang mengusahakan pemecahan
segala masalah ysng tidak dapat dipecahkan oleh ilmu-ilmu pengetahuan khusus
itu. Sehingga ilmu-ilmu khusus tersebut kembali membutuhkan filsafat, muncullah;
filsafat matematika, filsafat politik, filsafat bahasa dan lain sebagainya.
B. Fungsi Filsafat
Melatih berfikir
serius, kritis, rasional dan logis serta argumentatif, mengembangkan semangat
toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas) dan mengajarkan cara berfikir
yang cermat dan tidak kenal lelah.
C. Tujuan Filsafat
Pada dasarnya tujuan
mempelajari filsafat dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Dengan
berfilsafat dapat menjadikan manusia lebih terdidik dan dapat membangun diri
sendiri.
2. Bersikap
obyektif dalam memandang kehidupan ini.
3. Berpandangan
luas, filsafat dapat menyembuhkan dari kepicikan dan ego.
4. Filsafat
mengajarkan untuk mampu berfikir mandiri (tidak taqlid atau ikut-ikutan)
5. Filsafat
memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman dan
agama di dalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang
lebih lanjut yaitu “mencapai hidup bahagia dan sejahtera”.
Obyek Filsafat Ilmu
Imam Raghib al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Ia terbagi dua, pertama mengetahui inti sesuatu itu, kedua menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang tidak ada, maksudnya mengatahui hubungan sesuatu dengan sesuatu.7)
Louis Kattsoff mengatakan bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicarakan mengenai ilmu pengetahuan dan bukannya dalam ilmu pengetahuan.
_________________________
7. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Imam Raghib al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Ia terbagi dua, pertama mengetahui inti sesuatu itu, kedua menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang tidak ada, maksudnya mengatahui hubungan sesuatu dengan sesuatu.7)
Louis Kattsoff mengatakan bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicarakan mengenai ilmu pengetahuan dan bukannya dalam ilmu pengetahuan.
_________________________
7. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Namun apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin
penting pula bagi seorang filsuf.8)
Dari sudut pandang lainnya Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu dapat pula dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu rasional dan dokrinal. Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal dan penelitian, sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang didapatkan dengan memberitakan wahyu dan nabi.9)
Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
________________________
8. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
9. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Dari sudut pandang lainnya Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu dapat pula dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu rasional dan dokrinal. Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal dan penelitian, sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang didapatkan dengan memberitakan wahyu dan nabi.9)
Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
________________________
8. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
9. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu
pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif,
yaitu:
1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal
a. Fakta (Kenyataan)
Yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya adalah positivisme, –ia hanya mengakui penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual lainnya. Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas peneliti–. Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti.
Tetapi subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide , moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi dan koherensi antara empiri dengan skema rasional.
Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri dengan yang obyektif universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam kebenaran obyektif. Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu, yang mungkin memiliki makna lebih dalam yang beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai hal yang riil dan memang secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema rasional dan paradigma rasional penting.
Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi yang obyektif universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu dianggap ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya dianggap tidak ada
Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.10)
1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal
a. Fakta (Kenyataan)
Yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya adalah positivisme, –ia hanya mengakui penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual lainnya. Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas peneliti–. Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti.
Tetapi subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide , moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi dan koherensi antara empiri dengan skema rasional.
Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri dengan yang obyektif universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam kebenaran obyektif. Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu, yang mungkin memiliki makna lebih dalam yang beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai hal yang riil dan memang secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema rasional dan paradigma rasional penting.
Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi yang obyektif universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu dianggap ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya dianggap tidak ada
Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.10)
b. Kebenaran
Positivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan empiri sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi phenomenologi, phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercaya. Realisme Metaphisik, ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran obyektif universal. Realisme, sesuatu itu benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menuntut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam, sesuatu itu benar apabila
________________________
10. http://gurutrenggalek.blogspot.com
Positivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan empiri sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi phenomenologi, phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercaya. Realisme Metaphisik, ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran obyektif universal. Realisme, sesuatu itu benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menuntut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam, sesuatu itu benar apabila
________________________
10. http://gurutrenggalek.blogspot.com
yang empirik faktual koheren dengan kebenaran transenden
berupa wahyu. Pragamatisme, mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi.
Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael
Williams ada lima teori kebenaran, yaitu,
Ø Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran proposisinya baik proposisi formal maupun proposisi materialnya.
Ø Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan fakta yang lain). Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran Struktural Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur ilmu/structure of science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang kompleks atau sering
Ø Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
Ø Kebenaran Performatif, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.
Ø Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.
Ø Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran proposisinya baik proposisi formal maupun proposisi materialnya.
Ø Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan fakta yang lain). Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran Struktural Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur ilmu/structure of science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang kompleks atau sering
Ø Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
Ø Kebenaran Performatif, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.
Ø Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.
2. Obyek Instrumentatif yang terdiri dari dua hal:
a. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan: asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian a priori dan a posteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi para ahli mendasarkan pada dua aspek: (1) Aspek Kuantitatif; (2) Aspek Kualitatif.Dalam hal konfirmasi, sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu,
Ø Decision Theory, menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.
Ø Estimation Theory, menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
Ø Reliability Analysis, menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis.11)
_________________________
a. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan: asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian a priori dan a posteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi para ahli mendasarkan pada dua aspek: (1) Aspek Kuantitatif; (2) Aspek Kualitatif.Dalam hal konfirmasi, sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu,
Ø Decision Theory, menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.
Ø Estimation Theory, menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
Ø Reliability Analysis, menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis.11)
_________________________
b. Logika Inferensi
Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya logika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu : Principium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan Principium Exclutii Tertii ((Qanun Imtina’). Logika ini sering juga disebut dengan logika Inferensi karena kontribusi utama logika Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika tradisional. 12)
Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filsuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa disiplinilmu.13)
Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya logika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu : Principium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan Principium Exclutii Tertii ((Qanun Imtina’). Logika ini sering juga disebut dengan logika Inferensi karena kontribusi utama logika Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika tradisional. 12)
Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filsuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa disiplinilmu.13)
3. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis
_________________________
12. http://gurutrenggalek.blogspot.com
13. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis
_________________________
12. http://gurutrenggalek.blogspot.com
13. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
dan adil juga memiliki objek material dan objek formal.
Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada
yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radiakl dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peroses terbentuknya ilmu secara bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. 14)
Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahnya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.15)
Karena itu filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu
_____________________________
14. http://bebenbernadi.wordpress.com
15. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radiakl dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peroses terbentuknya ilmu secara bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. 14)
Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahnya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.15)
Karena itu filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu
_____________________________
14. http://bebenbernadi.wordpress.com
15. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
teknologi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan,tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat
hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah
menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari induknya,tetapi juga mendorong munculnay arogansi dan bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Falsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.15)
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.
Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu pada perinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
_______________________
15. http://bebenbernadi.wordpress.com
Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari induknya,tetapi juga mendorong munculnay arogansi dan bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Falsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.15)
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.
Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu pada perinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
_______________________
15. http://bebenbernadi.wordpress.com
kehidupan sehari-hari. Ilmu dapat merupakan suatu metode
berfikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan
dan memberi makna terhadap dunia faktual.pengetahuan filsafat, yakni
pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.
Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran
tentang cara berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan
vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia,yang sering juga disebut
dengan hubungan horizontal.
Dari sisi lain Raghib al-Asfahani juga membagi ilmu sebagai ilmu teoritis dan aplikatif. Ilmu teoritis berarti ilmu yang hanya membutuhkan pengetahuan tentangnya. Jika telah diketahui berarti telah sempurna, seperti ilmu tentang keberadaan dunia. Sedangkan ilmu aplikatif adalah ilmu yang tidak sempurna tanpa dipraktikkan, seperti ilmu tentang ibadah, akhlak dan sebagainya.16
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia” memanusiakan diri dalam hidupnaya” dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu.
________________________
16. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Dari sisi lain Raghib al-Asfahani juga membagi ilmu sebagai ilmu teoritis dan aplikatif. Ilmu teoritis berarti ilmu yang hanya membutuhkan pengetahuan tentangnya. Jika telah diketahui berarti telah sempurna, seperti ilmu tentang keberadaan dunia. Sedangkan ilmu aplikatif adalah ilmu yang tidak sempurna tanpa dipraktikkan, seperti ilmu tentang ibadah, akhlak dan sebagainya.16
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia” memanusiakan diri dalam hidupnaya” dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu.
________________________
16. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam
pikiran. Kesulitan tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap
kejadian dapat diketahui hanya benar segi subjektif. Dengan jalan memberi
pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umumnya orang
beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang
menyebabkan Ahmad menjadi sakit.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.17)
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.17)
C. Kesimpulan
Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif.
______________________
17. http://bebenbernadi.wordpress.com
Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif.
______________________
17. http://bebenbernadi.wordpress.com
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik
secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari
peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat
manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir
tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum
alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu
terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos.
Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Referensi
• A. Mustofa, Filsafat Islam, 2004, Bandung: Pustaka Setia
• Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, 2004, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
• Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, 2005, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
• Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, 1998, Jakarta: IKAPI
• http://areknarsis.dagdigdug.com
• http://bebenbernadi.wordpress.com
• http://filsafat-ilmu.blogspot.com
• http://gurutrenggalek.blogspot.com
• Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, 2004, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
• Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, 2005, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
• Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, 1998, Jakarta: IKAPI
• http://areknarsis.dagdigdug.com
• http://bebenbernadi.wordpress.com
• http://filsafat-ilmu.blogspot.com
• http://gurutrenggalek.blogspot.com
Salwinsah Mahasiswa Program Pascasarjana Pemikiran Agama dan
Filsafat Islam IAIN STS Jambi
Tujuan filsafat pendidikanmemberikan inspirasi
bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum
dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat
pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi
masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang
kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu
dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan
dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar
tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Fungsi
filsafat pendidikan,
Memahami persoalan pendidikan secara umum,merumuskanya
dalam gambaran pokok sebagai pelengkap yang ada dan hubungannya dengan factor
lain.
Penetu arah dan pedoman
Memberi norma dan pertimbangan
Filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi
perkembangan ilmu
Ilmu memberikan bahan untuk berbagai pemikiran para
filsuf.
Pengembangan Kurikulum merupakan salah satu aplikasi
dari ilmu yang telah dikaji Sehingga harapan terbesar semuanya dapat membantu
manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat.
Secara
umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta
didik adalah sebagai bekal dalam
menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi
yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat
dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada
dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara
bertahap.
Tujuan
pendidikan, ecara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan
pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi
peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang . Secara khusus
pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk :
mengaktualisasikan
potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan proplem yang
dihadapi.
merancang
pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta didik dalam menghadapi
kehidupan dimas mendatang.
memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel,
sesuai dengan prinsip pedidikan berbasis luas.
mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan
sumberdaya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah.
Isi
pendidikan, mencerdaskan warga Negara sesui dengan potensi atau pirah manusia
Filsafat pendidikan adalah suatu
aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur,
menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.Filsafat
Pendidikan dapat
diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.Filsafat pendidikan adalah suatu sistem yang mengatur dan
menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang
diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha
merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.Philisophizing and
education are, then, but two stages of the same endeavo; Philisophizing to
think out better values and idealism, education to realize these in life, in
human personality. Education acting out of the best direction philosophizing in
can give, tries and beginning primarly wit h the young, t o lead people to
build critrised values to their characters, and in this way to get the highest
ideals of philosophy progressively embodied in their lives.
5. Philisophizing and
education are, That is, we should bring philosophy to bear upon the problems of
education as effiently.
Perbedaan Ideologi Pendidikan dengan Filsafat Pendidikan
Ø Ideologi Pendidikan adalah kumpulan gagasan-gagasan,
keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis
yang berorientasi pada pendidikan.
Ø Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang teratur yang
menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memajukan
sistem pendidikan.
Perbedaan
filsafat pendidikan dengan teori pendidikan
· Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan
dan menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan
filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat
idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan
ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya.
Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan
atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan
pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang
dianutnya.
· Filsafat, termasuk
juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau
paedagogik. Suatu praktek
kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan
tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan
kependidikan yang tertentu pula. Dengan
kata lain filsafat pendidikan adalah petunjuk, sedangkan teori pendidikan
adalah sesuatu yang melaksanakan petunjuk. sobat silahkan copas artikel di
atas, semoga tugasnya di terima dosen nyaaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar